Jumat, 17 Juni 2016

Pentingnya Recurring Revenue

Ketika melakukan valuasi, kita akan memproyeksikan cash flow di masa mendatang dan mencari nilainya di masa kini. Artinya, tingkat keyakinan bahwa cash flow di masa mendatang sesuai dengan yang kita proyeksikan akan sangat menentukan tingkat akurasi dari valuasi yang kita lakukan.
Sebagai investor, kita tentu menginginkan memiliki perusahaan yang pendapatan dan labanya naik terus menerus secara konsisten. Dengan menggunakan spreadsheet, kita bisa dengan mudah mengetahui apakah secara historis, pendapatan dan laba perusahaan mudah untuk diprediksi. Lakukan regresi eksponensial dan lihat R-Square-nya. Semakin tinggi artinya semakin mudah untuk diprediksi.
Namun jika kita hendak mengetahui apakah pendapatan dan laba perusahaan akan mudah diprediksi atau tidak, kita tidak bisa hanya mengandalkan spreadsheet. Kita harus menggali lebih dalam lagi dengan mencari tahu apa saja sumber pendapatannya. Pada dasarnya terdapat dua jenis pendapatan: recurring (berulang) dan non-recurring (tidak berulang). Orang yang berlangganan surat kabar akan memberikan pendapatan yang berulang bagi surat kabar tersebut. Dalam bentuk lain, recurring revenue bisa berasal dari orang-orang yang secara rutin membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti sabun, pasta gigi, minyak goreng, dan lain sebagainya. Kita menyebutkan recurring revenue karena barang-barang yang dibeli umumnya cepat habis masa pakainya harus dibeli terus menerus.
Di sisi lain, penjualan mobil tidak bisa dikatakan sebagai recurring revenue. Jarang sekali orang membeli mobil secara rutin. Jika tahun lalu sebuah produsen mobil bisa menjual 100 unit mobil, untuk meningkatkan penjualan 5%, produsen tersebut harus menjual 105 unit mobil tahun ini. Hal serupa juga terjadi pada pengembang properti. Kemungkinan besar pembeli mereka di tahun depan tidak akan sama dengan pembeli mereka tahun ini. Satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan adalah baik produsen mobil maupun pengembang perumahan harus menerima kenyataan bahwa pesaing dari produk mereka sebagian adalah produk mereka sendiri yang mereka produksi sebelumnya. Rumah atau mobil yang telah dibeli bisa dijual kembali dan bersaing dengan rumah dan mobil yang baru diproduksi. Hal ini menjadi dilema bagi para produsen. Semakin besar ia membanjiri pasar, semakin besar jumlah pesaing mereka di masa mendatang.
Kita akan menemui hal yang berbeda penerbit surat kabar. Jika tahun lalu mereka bisa memiliki 100 pelanggan surat kabar, untuk meningkatkan penjualan 5% ia cukup mencari 5% pelanggan baru.
Secara intuitif, kita bisa menebak bahwa pertumbuhan penjualan perusahaan yang memiliki porsi recurring revenue besar akan cenderung lebih stabil dibandingkan perusahaan yang porsi recurring revenue-nya kecil. Berdasarkan pemikiran tersebut jugalah sekarang mulai banyak pengembang properti yang berusaha memperbesar porsi recurring revenue melalui sistem penyewaan dan bukan jual putus. Sebagai contoh, PWON yang memiliki recurring revenue 43% akan cukup tahan terhadap dampak dari kenaikan suku bunga. Para pengembang prooperti yang hanya mengandalkan penjualan rumah baru akan mengalami masa-masa yang sulit manakala suku bunga naik yang mengakibatkan konsumen menunda pembelian rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar